June 27, 2025
Gencatan Senjata Disepakati, Kongo Berduka dengan Ribuan Korban Jiwa
Internasional

Gencatan Senjata Disepakati, Kongo Berduka dengan Ribuan Korban Jiwa

Feb 6, 2025

Headnews.id – Bentrokan sengit antara militer Republik Demokratik Kongo dan kelompok pemberontak March 23 Movement (M23) akhirnya dihentikan setelah kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata yang mulai berlaku pada Selasa (4/2).

Reuters melaporkan bahwa M23 mengumumkan gencatan senjata sehari sebelumnya, setelah berhasil merebut Bandara Internasional Goma. Meski pertempuran berhenti, dampak kemanusiaan dari konflik ini masih terasa, dengan ribuan korban jiwa dan kondisi yang memprihatinkan di Kota Goma.

Menurut Menteri Komunikasi Kongo, Patrick Muyaya, lebih dari 2.000 orang tewas akibat bentrokan ini. Namun, data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan setidaknya 900 orang tewas dan hampir 3.000 lainnya terluka, menimbulkan kebingungan soal jumlah korban sebenarnya.

Dengan gencatan senjata yang telah disepakati, warga bergegas menguburkan ribuan korban, khawatir penyebaran penyakit akibat mayat yang belum tertangani. Sayangnya, kapasitas rumah sakit yang kewalahan dan kamar jenazah yang membludak membuat situasi semakin genting.

Hari-hari tanpa listrik selama pertempuran juga memperburuk keadaan, membuat sistem pendingin di kamar jenazah lumpuh. Palang Merah di Goma bahkan kebingungan mencari lokasi pemakaman karena tanah yang semakin terbatas. Sementara itu, masih ada laporan tentang warga sipil yang terjebak di tengah baku tembak dan belum bisa dievakuasi.

Konflik di Kongo Timur bukanlah hal baru. Pertempuran antara kelompok etnis Hutu dan Tutsi telah berlangsung selama bertahun-tahun. M23, yang mayoritas beranggotakan etnis Tutsi, memisahkan diri dari militer Kongo lebih dari satu dekade lalu karena merasa pemerintah gagal melindungi mereka.

Pemerintah Kongo menuding Rwanda mendukung M23 demi kepentingan ekonomi di Kongo Timur, yang kaya akan sumber daya alam seperti emas dan coltan. Namun, Rwanda dengan tegas membantah tuduhan tersebut, semakin memperburuk ketegangan antara kedua negara.